Jika kamu kuliah di universitas swasta, yang peluang masuknya sangat ketat, kamu pasti mengenal perasaan ini.
Menemukanmu sama seperti saat diberitahu akan eksistensi Universitas X. Dan orang-orang marketing kampus itu seakan malaikat cinta. Berbisik kecil padaku, meyakinkan aku tentang akreditasi, prospek, kompetensi, semuanya. Jangan salahkan bila aku mulai tertarik padamu.
Mengharapkanmu sama seperti ditolak di USM I. Pengharapan yang penuh tumpah begitu saja. Kecewa sudah mutlak hukumnya. Sedih apalagi. Namun begitu, kesempatan untuk mencobanya lagi masih terbuka luas.
Mendapatkanmu ibarat diterima di pilihan pertama USM II. Senang, riang, dan senyum melekat sehari penuh. Hei, masa belajar untuk USM sudah berakhir. Sekarang saatnya melangkah ke tahap berikutnya, menyiapkan kuliah.
Putus darimu ibarat diterima di pilihan kedua USM III. Pahit, dan tak diinginkan. Namun pilihan yang tersisa hanyalah dua: terima atau harus aku lewatkan masa satu tahun tanpa kuliah. Jika kau menjadi aku, mana yang akan kau pilih?
Menjalani hari-hari bersamamu serupa dengan hari-hari kuliah. Kadang bosan, kadang menyenangkan. Tergantung pada materi, juga mood dosennya. Tapi mau bagaimana lagi? Harus tetap hadir agar tidak melanggar ketentuan absensi.
Masalah datang serupa dengan UTS dan UAS. Cepat atau lambat pasti akan datang. Yang bisa dilakukan hanyalah bersiap. Ketika mengerjakannya pun harus sebaik mungkin. Ada baiknya segala sesuatu itu dimulai dengan doa. Semoga saja tidak mengulang.
Masalah demi masalah terasa datang tanpa henti. Hingga datanglah saat di mana aku berpikir kalau mencintaimu sama seperti salah masuk jurusan. Pilihan yang berat. Pilihan yang terlanjur.
Sebelum melanjutkan, mari menentukan.
Jika keluar, sakit sudah pasti. Akan ada kebiasaan yang hilang. Belum lagi rugi yang harus ditanggung. Uang, waktu, tenaga, perhatian serta segala opportunity loss yang tak pernah aku hitung.
Ada yang bilang selain menjalani yang kita sukai, kadang kita juga harus menyukai apa yang kita jalani. Tapi adakah waktu yang cukup untuk menampung itu semua? Bersediakah kau melakukan yang sesungguhnya tidak kau sukai? Buatku hidup terlalu singkat untuk dihabiskan melakukan hal yang tidak kamu inginkan. Pergilah! Lakukan yang bisa membahagiakanmu! Bukankah bahagia itu tujuan hidup dari setiap orang?
Aku percaya setiap mahasiswa adalah alumni. Entah mereka lulus, belum atau pun tidak. Karena sesungguhnya setiap orang, secara sadar atau pun tidak, telah mendapatkan pembelajaran.
Tulisan ini adalah sumbangan dari temen gue yang gak tau mksdnya dia galau atau sekedar bikin puisi ginian. Yg penting tulisannya ini dalem banget.
Thanks buat @dhannywij atas sumbangan tulisan indahnya.